Jumat, 21 Februari 2020

Belum Banyak yang Tahu, Ini Sejarah MetroMini, Bus Oranye Legendaris dari Jakarta!


ilustrasi foto. 

Saat itu di Jakarta, moda transportasi massal baru beralih dari kereta listrik (trem) yang dioperasikan oleh Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang dihentikan tahun 1960, dan bus pertama yang dioperasikan PPD adalah bus Leyland bantuan Australia pada 1956.

Pada awal operasionalnya belum ada manajemen yang dibentuk untuk mengelola bus-bus tersebut, dan MetroMini dikenal dengan sebutan "bus merah".

Dikutip dari tulisan Balada Bus Kota di Jalanan Jakarta oleh Madina Nusrat dan Irene Sarwidaningrum yang dimuat di Kompas, Senin 29 Februari 2016, bus tersebut berjenis Robur dari Jerman Timur yang memang bentuknya seperti roti tawar.

Setelah pesta olahraga usai bus-bus merah ini tetap beroperasi dan oleh Gubernur Henk Ngantung di tahun 1964, dititipkan pada perusahaan swasta seperti Arion namun tak mampu dikelola dengan baik.

Pada tahun 1976 PT MetroMini didirikan bersamaan dengan Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) untuk menaungi 152 orang yang mengoperasikan 313 bus mini atas instruksi Gubernur Ali Sadikin.

Pada tahun 1980, bus-bus tua bagaikan roti ini kemudian diperbarui dengan bus-bus Toyota dan Mitsubishi.

Nah di era 1980-an hingga 1990-an inilah yang jadi masa jaya MetroMini. Tarifnya yang murah dan rata untuk sekali jalan membuat bus ini menjadi andalan. Pada tahun 1982 tercatat tarif Metromini sebesar Rp. 100 per trayek sementara pelajar dikenakan Rp. 25.

Pada April 1996 tercatat tarif naik dari Rp. 300,- menjadi Rp. 400,- untuk umum, sementara pelajar Rp. 100,- harga pelajar ini bertahan sejak tahun 1990 tidak dinaikkan.

Angkutan umum kopaja dan metromini

Memasuki tahun 2014 tarif menjadi Rp. 4.000 untuk umum dan Rp. 2.000 untuk pelajar dan pada tahun 2016 tarif turun menjadi Rp. 3.800,- kemudian Rp. 3,500,- untuk umum walaupun pada realitasnya di jalanan banyak pengemudi enggan menurunkan tarif.

Selain itu ada yang membuat MetroMini jadi bahan omongan karena kelakuan sopirnya yang kerap ugal-ugalan di jalanan.

Selain itu sopir pun bodoamat walau bus sudah overload sehingga kerap ditemui penumpang yang naik di atap hingga gelantungan di pintu. Yang penting setoran, Bos!

Kondisi bus juga banyak yang sebetulnya enggak layak dengan seringnya ditemui unit yang kacanya bolong-bolong, panel instrumen yang enggak berfungsi, hingga sumber polusi dengan asapnya yang hitam pekat.

Tapi bagaimanapun juga, MetroMini pada masa jayanya jadi moda transportasi segala kalangan, dari pegawai kantoran dengan kemeja rapi, pedagang, suporter Persija, hingga pelajar yang pulang pergi ke sekolah (termasuk berangkat tawuran), dan masih banyak lagi.

pelajar di atap metromini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak banyak yang tahu jika PO. Kramat Djati, Ternyata Awalnya Perusahaan Angkutan dan Ternak Nama Kramat Djati rasanya sudah...